* * *
“Aku pulang ya,
Yuth?”
“Oh mau pulang sekarang, Garr? Oh yaudah oke. Hati-hati ya”
“Iya, Yuth” Garra bangkit dari duduknya dan mengusap kepala
Iyuth.
Iyuth mengantar Garra sampai ke depan rumahnya –yang tampak
seperti istana– itu.
Garra keluar dari halaman rumah Iyuth dengan motor
Ninjanya.
Garra melajukan motornya tidak terlalu cepat. Udara sore ini
ingin ia nikmati penuh.
Udara yang sejuk, sejuk menandakan hendak turunnya
hujan, hujan yang akan membasahi jalan-jalan yang selama kurang lebih satu
minggu terakhir kering kerontang. Sambil melajukan motornya dengan santai,
matanya tertuju ke sebelah kiri jalan. Tiba-tiba pandangannya langsung melesat
ke arah depan setelah ia mendengar suara dua orang yang saling mencaci-maki
satu sama lain.
“Eh! Lo punya mata gak? Nyupir angkot aja sok jagoan!”
“Saya bukan pembalap, Pak! Jadi saya menyupir angkot
sebisanya! Dan tadi itu gak ngebut!”
“Halah! Berisik lo! Sini lo keluar!”
Mata Garra membesar setelah melihat pertengkaran di
depannya. Segera ia memarkir motor di bahu jalan. Ia melangkahkan kakinya
lebar-lebar. Menuju angkot tersebut.
Sebenarnya Garra memarkirkan motornya bukan untuk melerai kedua
orang yang sedang bertengkar itu –supir angkot dan tukang ojek–, tapi karena
ada sesuatu yang memikatnya untuk bergerak ke arah angkot itu untuk menemukan
sesuatu di dalam angkot tersebut.
“Janett?!”
“Garra!”
“Ayo keluar, Nett!” Garra menarik tangan Janett.
“Garra, gue.....gue.....” Janett berkata sangat
terbata-bata.
“Entar aja lu jelasinnya ya, Nett, kita kemana dulu kek
gitu,” Garra menenangkan. Dan sambil terus merengkuh bahu Janett yang sedari
tadi gemetar.
Ya. Janett lah yang ia maksud sebagai sesuatu yang hendak ia
temui di angkot tersebut.
* * *
“Sekarang lu bisa ceritain, tadi itu karena apa, dan kenapa
lu malah tetep duduk di angkot itu padahal lagi ada yang berantem?” Garra
memulai pembicaraan setelah melihat Janett mulai tenang dengan teh manis hangat
yang tadi ia pesan.
“Tadi gue habis dari rumah June, mau ke...” omongan Janett
terputus.
“Kemana?”
“Gak tau kemana. Lupa. Udah lah, itu mah gak penting,”
“Yee. Anak aneh. Yaudah lanjut,”
“Terus di angkot gue Cuma sendiri, karena Cuma sendiri, gue
jadinya pegang hp aja terus. Alhasil, gue gak tau itu abang angkot nyupirnya
emang ngebut kaya yang dibilang tukang ojek atau enggak,”
“Terus?”
“Terus yaa, tiba-tiba pas banget tuh, pas gue lagi mau bales
SMS dari Kenny, gue denger ada suara kenceng gitu. Kayaknya sih angkot yang gue
naikin itu nyerempet motor. Eh taunya bener,”
“And then?”
“Terus kece, Garr! Itu tukang ojek yang jatoh ketiban motor,
langsung berdiri lagi. Dia langsung nyamperin abang angkot itu trus kayak tadi
yang lu liat deh. Mereka adu mulut gak jelas gitu,”
“Dan kenapa lo tetep di dalem angkot? Gak takut apa?”
“Sepertinya enggak,”
“Bohong,”
“Lah emang iya, Garr,”
“I held you”
“...”
“Dan bahu lo.....sangat gemetaran,”
“...”
“Sok kuat!”
“GARRA BAWEL!” Janett melempar kotak tissue di depannya ke
arah Garra.
“Ganas banget. Padahal tadi habis gemetaran gitu deh.
Dikasih teh manis hangat aja
langsung tenang. Pas cerita malah bawel banget.
Ck,”
“HAHA. Yoi. Janett!” Janett menepuk-nepuk dadanya,
membanggakan dirinya –yang tadi sebenarnya sangat lemah–. Tapi sekarang, ia
tidak melihat sosok Garra yang seperti tadi siang, yang menasihatinya dengan
kalimat menusuk. Garra yang sekarang ia lihat adalah Garra yang peduli. Garra
yang ia harap akan seperti ini terus selamanya.
* * *
From: Janett
Makasih banyak, Garra jelek, buat hari ini:-) Bantuan
lo.....biasa aja. HAHAHA canda, Garr. Bantuan lo tadi sangat membantu gua(?) ya
pokoknya intinya makasih aja buat bantuan lo tadi!”
“Cantik-cantik
aneh,” Spontan Garra setelah membaca SMS dari Janett.
“EH?! APA GUA
BILANG BARUSAN?! CANTIK?!” Garra mengelos kaget dengan ucapannya tadi. Cantik.
Ya. Kata itu memang pernah menjadi identitas Janett dimatanya. Tapi tidak lagi
semenjak kejadian di kantin siang tadi. Tapi tidak aja yang tau juga, bahwa
Garra sedari kelas 10 juga sudah mengagumi sosok Janett yang baik hati, tapi
tidak ke Melati. Garra berusaha cuek dengan keanehan sikap Janett itu. Sikap
cueknya itu makin memuncak, setelah kini ia menyandang status baru, Iyuth’s.
Tapi, sejujurnya, kejadian tadi siang, seolah-olah mengembalikan rasa ingin
tahunya yang dulu sempat hilang.
To: Janett
Welcome, Nett:-) Lain kali
jangan bertindak bodoh kaya tadi yaaa hahaha. Nett, boleh tanya sesuatu?
Janett yang
sedari tadi sibuk dengan novel barunya, mendengar getaran dari handphonenya. Ia meraihnya dan membuka
SMS yang baru saja datang. Tertulis di layar handphone Janett: 1 new message from Garra. Segera ia membaca dan
membalasnya dengan senyum mengembang di ujung bibirnya.
To: Garra
Awkay lah, Garr. Haha tadi itu
kayaknya lagi gak sinkron tuh otak sama perilaku gua wakakakk. Slow, Garr, mau
tanya apa? Boleh lah hahaha.
Garra membuka SMS
dari Janett dan segera membalasnya.
To: Janett
Hmm besok aja deh gua tanyanya
Janett bingung
dengan balasan SMS dari Garra. Pertama, karena Garra tidak jadi bertanya.
Kedua, karena Garra berubah jadi jutek. Janett berusaha tidak peduli dan
meneruskan membacanya. Walaupun sesekali ia sering tidak konsentrasi dengan
bacaannya karena keanehan Garra.
* * *